Sedekah dan Kasih Rasulullah kepada Si Buta Yahudi
13/11/2025 | Penulis: Samsul
Ilustrasi Sedekah dan Kasih Rasulullah kepada Si Buta Yahudi
Di pinggir pasar Madinah, duduk seorang lelaki tua buta dari kalangan Yahudi.
Setiap hari ia mencaci Rasulullah ? kepada siapa pun yang lewat, tanpa tahu siapa sebenarnya beliau.
Namun Rasulullah ? yang penuh kasih dan sabar tidak membalas kebencian itu dengan kemarahan.
Setiap pagi, beliau datang membawa makanan dan menyuapi lelaki buta itu dengan lembut, tanpa memperkenalkan diri.
Beliau menghaluskan makanannya agar mudah ditelan, menyuapinya penuh kasih, hingga si buta merasa tenang dan kenyang.
Begitulah setiap hari.
Sampai akhirnya Rasulullah ? wafat.
Beberapa hari kemudian, Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. meneruskan kebiasaan mulia itu.
Ketika beliau mencoba menyuapi si buta, orang itu langsung berkata:
“Siapakah engkau? Engkau bukan orang yang biasa memberiku makan!
Orang yang biasa menyuapiku selalu melembutkan makanannya, dan dari tangannya terasa kasih sayang dan kelembutan.”
Mendengar itu, Abu Bakar menangis dan berkata:
“Wahai orang tua, yang biasa menyuapimu itu adalah Muhammad Rasulullah ?.”
Si buta terdiam, lalu menangis tersedu.
“Selama ini aku mencacinya... padahal ia menyuapiku dengan kasih. Betapa mulia akhlaknya.”
Sejak hari itu, si buta memeluk Islam, tersentuh oleh cinta dan sedekah Nabi yang tulus.
- Surah Al-Baqarah [2]: 267
"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik..."
Ayat ini menegaskan kewajiban memberi dari harta terbaik — sebagaimana Rasulullah ? memberi bukan karena sisa, tapi karena cinta.
- Surah Al-Insan [76]: 8–9
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang yang ditawan, (seraya berkata): Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dan terima kasih darimu.”
Ayat ini menggambarkan ketulusan dalam sedekah, persis seperti akhlak Rasulullah ? yang memberi tanpa pamrih, bahkan kepada yang memusuhinya.
- Surah An-Nahl [16]: 90
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.”
Rasulullah ? menerapkan ayat ini secara nyata — membalas kebencian dengan kebajikan.
- HR. Muslim (2588):
“Sedekah tidak akan mengurangi harta, dan Allah tidak menambah bagi seorang hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan.”
Rasulullah ? menunjukkan bahwa sedekah justru menambah keberkahan dan kemuliaan.
- HR. Tirmidzi (1970):
“Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”
Rasulullah ? menjadi teladan utama dalam memberi manfaat, tanpa memandang suku, agama, atau kebencian.
- HR. Bukhari dan Muslim:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Kisah ini adalah cerminan sempurna dari misi beliau — menyempurnakan akhlak lewat kasih dan sedekah.
- Sedekah bukan hanya tentang harta, tapi tentang hati yang lembut dan niat yang tulus.
- Memberi kepada orang yang tidak seagama pun adalah bagian dari akhlak Islam yang luhur.
- Kelembutan mampu menaklukkan hati yang keras, lebih kuat dari kata-kata atau kekuasaan.
Mari meneladani Rasulullah ? —
menebar kasih, membantu sesama, dan menghidupkan semangat zakat, infak, dan sedekah.
Salurkan melalui BAZNAS Tulang Bawang Barat, agar kebaikanmu menjadi cahaya bagi sesama.
“Apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya.”
— QS. Saba’ [34]: 39
Artikel Lainnya
Keutamaan Hari Selasa dalam Pandangan Islam
Keberkahan Puasa Senin Kamis Amalan Sunnah yang Sarat Doa dan Keutamaan
Niat Puasa Qadha Ramadhan Panduan Lengkap Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Mengapa Rasulullah Mencintai Hari Senin? Inilah Waktu Tepat Menebar Kebaikan!
Sedekah Abu Bakar Menggetarkan Langit Apa Sedekah Terbaikmu Hari Ini?
Harta Tak Berkurang karena Zakat, Hidup Justru Penuh Keajaiban

Info Rekening Zakat
Mari tunaikan zakat Anda dengan mentransfer ke rekening zakat.
BAZNAS
